Sensasi Makan Gudeg Legendaris Mbah Lindu di Yogyakarta

10:43 AM

Jika berkunjung ke Yogyakarta, belum lengkap rasanya jika tidak mencicipi makanan khas Yogyakarta. Kota Yogyakarta selain dijuluki dengan sebutan Kota Pelajar, kota ini juga disebut dengan Kota Gudeg. Gudeg yang dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan khas Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan makanan tradisional yang terbuat dari nangka muda. Rasa manis yang ada pada gudeg berasal dari gula kelapa dan santan yang direbus lama bersama dengan nangka muda tadi.
Gudeg bisa dengan mudah kita jumpai diberbagai penjuru kota Yogyakarta, apa lagi di daerah Wijilan yang merupakan sentra makanan khas gudeg. Disini bisa kita temui berbagai warung-warung yang berjejer menjual gudeg.
Warna kecoklatan yang ada pada gudeg ternyata berasal dari daun jati yang dimasak bersamaan dengan nangka muda. Gudeg memiliki rasa manis yang dominan dan ada rasa gurih dari santannya. 
Pagi hari kemarin, saya memacu sepeda motor saya menuju Jalan Sosrowijayan tempat Mbah Lindu biasa berjualan gudeg setiap harinya. Gudeg Mbah Lindu ini mudah ditemui karena lokasinya yang tidak jauh dari Malioboro. Mbah Lindu menjajakan dagangannya di pos kamling disamping Hotel Grage Ramayana. Sekedar tips, datanglah pagi hari dibawah jam 08.00-09.00 WIB agar bisa mencicipi gudeg legendaris yang sudah ada sejak zaman kolonial Jepang.
Mbah Lindu memang tidak sendirian, ia ditemani oleh putrinya yang membantu melayani pembeli yang akan membayar. Mbah Lindu sendiri yang langsung menyajikan gudeg beserta lauk pelengkap lainnya. Mbah Lindu akan bertanya apakah ingin makan ditempat atau dibungkus. Dengan sigap saya menjawab, "nedho mriki, Mbah" (makan disini, Mbah). Lalu dengan pincuk ditangannya, ia mulai mengisi pincuk dengan nasi, gudeg, krecek, tahu tempe, dan telur ayam. Meski saya datang masih tergolong pagi, lauk pendamping gudeg sudah terlihat sedikit bahkan ada yang hampir habis. Saya beruntung masih bisa bergabung bersama penikmat gudeg Mbah Lindu lainnya. 
Rasa manis ciri khas gudeg ini cocok sekali di lidah saya, rasanya yang enak dan juga gurih sesuai dengan lidah dan selera masyarakat Jawa pada umunya yang menyukai rasa manis gurih. Gudeg Mbah Lindu ini selalu ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai golongan. Bahkan ada pembeli yang rela mengantri menunggu pengunjung lainnya selesai menyantap gudeg Mbah Lindu. Ada sensasi tersendiri makan dipinggir jalan, bercengkrama bersama orang baru yang tidak hanya dari Yogyakarta saja.
Warung gudeg Mbah Lindu ini buka sejak subuh, jam 05.00 hingga jam 10.00 pagi. Untuk dapat menikmati gudeg ini, saya hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 25.000. Mbah Lindu, meski sudah berusia hampir satu abad masih semangat berjualan gudegnya yang sudah dikenal masyarakat di Indonesia melalui mulut kemulut, media massa ataupun dunia maya. Semoga Mbah Lindu tetap sehat dan dilancarkan rezekinya. Dan jika kembali ke Yogyakarta, pastinya saya tidak akan melewati momen makan gudeg di warung Mbah Lindu.

You Might Also Like

1 comments

Subscribe